Kamis, 25 Oktober 2012

-->MAKALAH GRAVIMETRI
  


OLEH:
IVAN SIDABUTAR
1107035727


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DIPLOMA  III
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012


KATA PENGANTAR


Puji syukur  saya  panjatkan keharirat yang maha kuasa atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan dan sebagai persiapan untuk memasuki materi pelajaran yang baru yaitu gravimetri .dalam makalah ini memuat defenisi, konsep analisis gravimetri  yang berguna untuk memahami materi yang akan dipelajari .  mudah-mudahan makalah dapat berguna sebagai  tambahan reverensi .seperti kebanyakan pada saat ini banyak mahasiswa kurang tertarik atau kurangnya antusiasisme karena berrbagai alasan padahal sangan penting adanya antusiasme dari mahasiswa untuk mencari bahan materi kuliah tidak hanya menunggu dari dosen atau hanya yang diterima dalam kelas namun perlu mencari reverensi lain yang dapat mendukung sehingga lebih mudah atau bertambahnya pemahaman atas materi yang telah dipelajari .pengetahuan atas konsep-konsep  dasar  sangat mutlak diperlukan  untu memudahkan pemahaman .makalah ini telah saya rangkum dari buku literature seperti.S.M KHOPKAR Konsep Dasar Kimia Analitik 
Dan literature yang lain yang mendukung bahasan materi kuliah ini . saya berharap semoga buku ini bermanfaat bagi mahasiswa atau pembaca .saya merasa makalah yang saya buat ini belum cukup sempurna untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan makalah ini akhir kata saya ucapkan terima kasih.





(ivan sidabutar)
1107135727




DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
Pendahuluan...................................................................................................................... 1
a.      Metode pengendapan
b.      Metode evolusi
c.      Metode penyaringan
d.     Metode elektrogravimetri
Metode pengendapan........................................................................................................ 2
Metode evolusi (penguapan)........................................................................................... 16
Metode penyaringan........................................................................................................ 18
Metode elektrogravimetrik.............................................................................................. 18
Lampiran tambahan
Penentuan  kalium .......................................................................................................... 20
Penentuan klorida............................................................................................................ 21
Daftar pustaka
           















ANALISIS GRAVIMETRI

PENDAHULUAN
 Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan scara analisis gavimetri meliputi tansformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat di timbang dengan teliti.    Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya.Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer.
Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri.  Berat unsur dihitung berdasrkan rumus senyawa dan berat atom unsur- unsur yang menyusunnya pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan beberapa cara seperti:
  1. Metode Pengendapan
  2. Metode Evolusi
  3. Metode Penyaringan
  4. Metode Elektrogravimetri
Pada prakteknya dua metode pertama adalah yang terpenting. Metode gravimetrik membutuhkan waktu tau memakan waktu cukup lama, adanya zat pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan
METODE PENGENDAPAN
Gravimetri Pengendapan
Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna.
Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.
Syarat – syarat senyawa yang di timbang :
  1. Stokiometri
  2. Mempunyai kestabilan yang tinggi
  3.  Faktor gravimetrinya kecil
Gravimetri adalah metode analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan tiga hal berikut ;
  1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.
  2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.
  3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut ;
  • Pelarutan sampel (untuk sampel padat).
  • Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting.
  • Penyaringan endapan.
  • Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan tertentu.
  • Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.
  • Penimbangan endapan.
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
    1. Memilih pelarut sampel Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan, Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
    2. Pengendapan analit.
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.
Misalnya :
    1. Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.
    1. Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan
Pada analisis gravimetri pembentukan endapan yang terjadi  apabila kelarutan  terlalu jenuh  maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari kelarutan suatu sampel  dimana  semakin besar (jenuh ) maka semakin besar endapan yang terjadi , kelarutan dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu
a.       Suhu
b.      pH

Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
  1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
  2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni.
Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat. Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan.
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif.
Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya.
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif.
Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya
Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis.
Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam :
(1)  Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.
(2)  Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.
Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi dengan sulfat.
Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari. Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu; kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif. Ketika isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :
1.      Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan.
2.      Pencucian
Pencucian kembali  analit yang didapatkan bertujuan agar endapan yang di dapatkan memiliki kemurnian yang tinggi yaitukecilnya pengaruh kesalahan dari kopresipitasi.
3.      Pengendapan kembali
Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut seringkali dapat disempurnakan dengan pencernaan.
Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara evolusi dan cara pengendapan.
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan jenuhnya. Kelarutan suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya.
Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:

atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu:
 
Maka, persentase analitnya:

Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
1.      Tidak langsung
Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.
2.      Langsung
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan.
Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi dua macam:
1.      Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin organik atau anorganik.
2.      Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri.

Pengendapan dilakukan sedemikin rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya misalnya Ag diendapkan sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn(NH4)PO4.6H2O,selanutnya dibakar dan ditimbang sebagai AgCl atau ZnP2O7. Aspek yang terpenting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan yang  sangat kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi.  Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa, sehingga mudah dipisahkan dari dari larutanya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu.
Pada temperatur tertentu kelarutan zat pelarut tertentu didefenisikan sebagai jumlahnya bila dilarutkan pada pelarut tertentu didefenisikan sebagai jumlahnya bila dilarutkan pada elaut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Hal ini tergantung pada ukuran partikel. Larutan lewa jenuh adalah larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih besar dbandingkan dalam keadaan setimbangan pada suhu tertentu . larutan ewat jenuh merupakan keadaan yang  tidak stabil dan dapat diubah menjadi keadaan kesetimbangan dengan menambahkan Kristal zat terlarut yang disebut sebagai seeding
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebap kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperature. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer yang ditambahkan pereaksi perlahan dengan pengadukan yang teratur, partikel yang terbentuk ebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan. Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar.
Beberapa proses yang dapat mengakibatkan pengotoran endapan pada analisis gravimetri antara lain : kopresipitasi (larutan padat, absorpsi, oklusi) dan pos presipitasi.
1.      Kopresipitasi
Dalam arti luas, kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat pada waktu yang sama.
Hasilnya penambahan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang mengandung natrium klorida dan natrium bromida akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.
Dalam kimia analisis khusunya dalam menyatakan pengotoran suatu endapan, istilah kopresipitasi biasanya digunakan dalam arti yang lebih khusus. Dalam hal ini, diartikan sebagai ikut mengendapnya satu atau lebih zat asing bersama endapan dari komponen zat uji. Padahal zat asing tersebut yang digunakan. Misalnya kalsium sebagian ikut mengendap pada pengendapan besi (III) sebagai hidroksida dengan menetralkan larutan asam hingga pH 4 sampai 5. Pada kondisi yang sama, tanpa besi, kalsium tidak akan mengendap.
2.      Larutan Padat
Dua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan padat. Keduanya dapat membentuk kristal campuran dimana zat yang satu berada dalam kisi kristal yang lain. Hal ini biasanya terjadi bila kedua zat tersebut isomorf.
Misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur, ukuran, muatan dan konfigurasi elektronik yang serupa, sehingga endapan barium sulfat akan berwarna kuning apabila diendapkan dari larutan yang juga mengandung kromat.
3.      Adsorpsi
Pada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang dapat menarik dan mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap. Tentu saja pengotoran ini bertambah. Oleh karena itu endapan kristal kasar pada analisis gravimetri lebih disukai daripada krisal halus.
Meskipun pengotoran ini mudah dihilangkan dengan pencucian, namun pada endapan yang gelatinous dimana pengotoran ini sering terjadi, pencucian ini jarang berhasil.
4.      Oklusi
Ikut mengendapnya kotoran  yang terperangkap di bagian dalam dari partikel endapan disebut oklusi. Proses ini termasuk juga (dalam arti luas) pembentukan dari larutan padat seperti diuraikan di atas. Akan tetapi istilah ini lebih khusus digunakan untuk oklusi mekanik, termasuk terperangkapnya cairan induk dan ion pada pertumbuhan endapan gelatinous dan pengotoran ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali dengan proses pencucian.
5.      Pospresipitasi
Pada pospresipitasi, endapan semula dikotori oleh endapan zat lain yang terbentuk kemudian. Pengotoran ini terjadi karena kontaminasi merupakan larutan lewat jenuh larutan magnesium oksalat yang lewat jenuh masih dapat dipertahankan untuk tidak mengendap dalam jangka waktu tertentu.
Misalnya pada pengendapan kalsium sebagai oksalat dari larutan yang mengandung magnesium. Bila kalsium oksalat tidak segera disaring setelah pengendapan, magnesium, oksalat terserap pada permukaan kalsium oksalat, maka ia tidak dapat larut kembali. Sedangkan bila tanpa adanya kalsium, Pemisahan endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut disebut kopresipitasi. Hal ini berhubungan dengan absorbs pada permukaan partikel dan terperangkapnya (oklusi) zat asing selama proses pembentukan Kristal dari partikel primernya. Adsorbs banyak terjadi pada endapan getin dan sedikit pada pengendapan mikro Kristal, misalkan AgI pad aperak aetat dan endapan BaSO4 pada alkali nitrat. Pengotoran dapat juga disebapkan oleh postpresipitasi, yaitu pengendapan yang terjadi  pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan lewat jenuh.  Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya, misal: pengendapan CaC2O4. Dengan adanya  Mg.    MgC2O4  akan terbentuk bersama-sama dengan CaC2O4. Lebih lama waktu kontak, maka lebih besar endapan yang terjadi.
            Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua fenomena yang berbeda. Sebagai contoh pada postpresipitasi, semakin lama waktunya,maka kontaminasi bertambah bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pangadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi. Kemungkinan bertambahnya kontaminasi sangat besar pada postpresipitasi dibanding pada kopresipitasi.
Keadaan Optimum untuk pengendapan
Aturan-aturan umum yang diikuti adalah sebagai berikut:
a)      Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil kesalahan      akibat kopresipitasi.
b)      Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan Kristal yang teratur. Untuk kesempurnaan reaksi,pereaksi yang ditambahkan harus berlebih. Urutan-urutan pencampuran harus teratur dan sama.
c)      Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperature tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam endapan organic.
d)     Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan pemanas uap untukmenghindari adanya kopresipitasi.
e)      Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f)       Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang.
Pengendapan dari Larutan Homogen
            Pada metode ini, Reagan dihasilkan secara lambat oleh reaksi kimia homogeny dalam larutan. Endapanya berkerapatan tinggi dan dapat disaring; kopresipitasi dikurangi ke nilai minimumnya. Beberapa contoh pengendapan dari larutan homogen adalah:
1)       Sulfat :   Dimetilsulfat menghasilkan radikal sulfat dengan reaksi:
(CH3)2SO4  +  2H2O               2CH3OH  +  2H+ +  SO42-  
2)      Hidroksida :  pH dikendalikan secara perlahan-lahan. NH3 dihasilkan dari urea dengan reaksi berikut:
                  CO(NH2)2  +  H2O                     2NH3  +  CO2  pada suhu 90 – 100 oC
Sedangkan  Al diendapkan oleh urea sebagai Al(OH)3 dalam media asam suksinat, atau Ba sebagai BaCrOpada amonium asetat atau Ni sebagai glioksim ataupun Al sebagai oksinat.
3)       Oksalat :  Kalsium diendapkan sebagai  CaC2O4
Thorium juga diendapkan sebagai Th(C2O4)2 dengan adanya urea,misalnya:
CO(NH2)2  +  2HC2O4  +  H2O                         2NH3  +  CO2  +  2C2O42
            (C2H5)2 C2O4  +  2H2O                       2C2H5OH  +  2H+  +  C2O42
4)      Fospat :  Fosfat berkelarutan rendah dapat diendapkan dengan membuat turunan dari trimetil atau trietil pospat secara bertahap dengan hidrolisis.  Zr diendapkan sebagai Zr3(PO4)4 pada (CH3)3PO4  dalam media yang mengandung sulfat
Pemurnian Endapan
      Tujuan mencuci endapan adalahmenghilangkan kontaminasi pada permukaan.  Komposisi larutan pencuci tergantung pada kecenderungan terjadinya pepitisasi.  Untuk pencucian digunakan larutan elektrolit kuat, dan dia harus mengandung ion sejenis dengan endapan untuk mengurangi kelarutan endapan.  Larutan tersebut juga harus mudah menguap agar mudah untuk menimbang endapanya. Garam ammonium dapat digunakan sebagai cairan pencuci dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a)      Larutan yang menegah terbentuknya koloid yang mengakibatkan dapat lewat kertas saring, missal:penggunaan ammonium nitrat untuk mencuci endapan feri hidroksida
b)      Larutan yang mengurangi kelarutan dari endapan (missal:alcohol).
c)      Larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam dari asam lemah atau basa lemah
            Setiap endapan harus dicuci sebelum diubah menjadi bentuk timbang. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanik. Teknik pencucian yang baik :
1.      Memasukkan cairan pencuci ke dalam penyaring sampai sedikit di atas endapan, kemudian dibiarkan cairan melewati kertas saring sampai habis. Setelah habis baru ditambah cairan untuk pencucian berikutnya. Demikian sampai endapan bersih, dikerjakan berulang kali.
2.      Dengan cara dekantasi
Endapan dan cairan pencuci diaduk dan dibiarkan mengendap, setelah mengendap cairan dituang ke dalam penyaring, endapan dibiarkan di dalam gelas piala, tambahkan lagi cairan pencuci, diaduk, dibiarkan mengendap. Kemudian cairan di atas endapan dituang ke dalam penyaring sampai habis. Pekerjaan ini diulang berkali-kali sampai endapan bersih.
Kemudian yang terakhir endapa dipindahkan secara kuantitatif ke dalam penyaring.
            Untuk memperoleh bentuk timbang, endapan yang telah dimurnikan dipanaskan/dipijar.
Pemanasan dapat dilaksanakan dengan :
  1. Oven pengering (± 105° C) apabila hanya diperlukan untuk menghilangkan airnya saja.
Contoh : BaSO4.2H2O                        BaSO4
  1. Oven pemijar bila diperlukan pemanasan dengan suhu tinggi. Akibatnya kadang-kadang adalah formula endapan sebelum dan sesudah pemijaran berbeda.
Contoh : Kalsium gliserofosfat C3H7O6PCa, bila dipijar menjadi kalsium pyrofosfat Ca2P2O7
Endapan CaC2O4 bila dipanaskan sampai 880° C             CaCO3
Tetapi bila pemanasan diteruskan hingga 1100° C             CaO
            Pemanasan/pemijaran dapat diulang-ulang sampai mencapai berat yang tetap dalam penimbangan. Setelah pemanasan/pemijaran kemudian didinginkan hingga suhu kamar dalam eksikator yang berisi bahan pengering yang masih aktif kemudian dilakukan penimbangan.
Mencuci berulan-ulang lebih efektif dibandingkan dengan sekali pencucian dengan volume total yang sama

Pembakaran Endapan
Endapan mungkin mengandung air akibat adsobrsi,oklusi,penyerapan dan hidrasi. Temperatur pembakaran ditentukan berdasarkan pada sifat kimia zat. Pemanasan harus diteruskan sampai beratnya tetap dan seragam. Berat dari abu kertas saring harus pula diperhitungkan.
Pembakaran Pereaksi Organik pada Analisis Gravimetri
Pereaksi organic yang digunakan pada analisis gravimetric dikenal sebagai endapan organik. Pemisahan satu atau lebih ion-ion anorganik dari campurannya dilakukan dengan menambahkan pereaksi organik. Karena senyawa –senyawa organic tersebut mempunyai berat molekul yang besar, maka dapat ditentukan sejumlah kecil ion dengan pembentukan endapan daam jumlah yang besar. Endapan organic yang baik harus mempunyai sifak spesifik. Endapan yang terbentuk oleh pereaksi organic, dikeringkan atau dibakar dan ditimbang sebagai oksidanya. Selektivitas (pemilihan  optimum reaksi tercapai dengan mengawasi variable-variabel seperti konsentrasi pereaksi, pH larutan dan penggunaan reagen pelindung untuk mengurangi gangguan ion-ion asing. Pereaksi organic yang banyak digunakan adalah pereaksi pembentuk kheat (endapan ). Bila ligan polifungsional dapat menempati lebih dari dua posisi koordinasi ion pusat logam, maka terbentuk senyawa koordinasi dengan struktur cincin yang diseebut sebagai khelat. Petunjuk untuk meramalkan seecara kualitatif tentang kestabilan kompleks dan kesetimbangan  endapan khelat yang tidak bermuatan diperoleh dari penelaahan konstanta pembentukan senyawa koordinasi yang merupakan sifat ion logam dan sifat ligan
 Endapan organic mempunyai tempat khusus dalam anlisis anorgaik sebab endapan yang tebentuk biasanya berbeda dari zat anorganik murni, seperti antara BaSO4 dan Ni(DMG)2 dimana DMG adalah dimetil gloksin. Senyawa organic diklasifikasikan sebagai pembentuk kompleks khelat,pembentuk garam dan pembentuk lake. Dalam usaha untuk membentuk khelat, ligan harus mempunyai atom Hyang dapat diganti dan electron yang tidak berpasangan untuk membentuk koordinasi. Pereksi organic banyak digunakan sebap bersifat selektif. Subsitusi pada atom C dapat bervariasi. Selektivitas berarti kemampuan dari pereksi oerganik untuk bergabung dengan satu atau dua logam untuk memisahkan dari zat lainnya. Efek sterik (ruang)menentukan selektivitas dari pereaksi pembentuk khelat, tidak dapat mengendapkan Al
Perhitungan
            Sebagai contoh, klorida dapat ditetapkan secara gravimetri setelah diendapkan sebagai AgCl.
                        Ag+  +  Cl-            AgCl
            Pada reaksi di atas, satu ion klorida bereaksi secara kuantitatif dengan ion perak membentuk satu molekul perak klorida. Oleh karena 1 mol ion perak dan 1 mol perak klorida masing-masing mengandung jumlah partikel yang sama (bilangan avogadro : N = 6,02 x 1023) maka persamaan itu juga menyatakan bahwa 1 mol ion klorida bereaksi dengan 1 mol ion perak, menghasilkan 1 mol perak klorida.
35,453 g ion klorida + 107,867 g ion perak      143,321 g AgCl. Dari hubungan kuantitatif tersebut, maka jumlah perak atau klorida  dapat dihitung bila berat endapan perak klorida diketahui.
Contoh Soal :
1.      Berapa gram Ag (107,87) terdapat dalam 100,0 g AgCl (143,32) ?
Jawab :
1 mol AgCl mengandung 1 mol Ag
143,32 g AgCl mengandung 107,868 g Ag
100 g AgCl mengandung Ag =  107,87  x  100 g = 75,27 Ag
                                              143,32
2.      Berapa gram Na (22,99) terdapat dalam 50,0 g Na2SO4 (142,04) ?
Jawab :
1 mol Na2SO4 mengandung 2 mol Na
142,04 g Na2SO4 mengandung 2 x 22,99 g Na
50 g Na2SO4 mengandung Na = 2 x  22,99  x  50,0 g Na  = 16,19 g Na
                                                 142,04
3.      Berapa gram BaCl (208,24) terdapat dalam larutan bila diendapkan dengan AgNO3 diperoleh 1,3456 g endapan AgCl (143,32) ?
Jawab :
BaCl2  +  2AgNO3           2AgCl  +  Ba(NO3)2
2 mol AgCl  berasal dari 1 mol BaCl2
2 x 143,32 g AgCl berasal dari 208,24 g BaCl2
BaCl2 dalam larutan yang menghasilkan 1,3456 g AgCl
      =    208,24    x   1,3456 g BaCl2
         2 x 143,32
      =  0,9776 g BaCl2









METODE EVOLUSI
            Metode evolusi didasarkan atas penguapan komponen zat uji dengan cara pemanasan. Berarti komponen yang menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat uji sebelum dan sesudah penguapan.
            Cara yang sederhana ini sering digunakan untuk penetapan kadar air dari zat uji dengan pemanasan pada 105° C sampai 110° C, dan penetapan CO2 dengan pemijaran pada suhu yang lebih tinggi.
            Misalnya, susut pengeringan natrium klorida ditetapkan dengan mengeringkan sejumlah zat uji dalam oven pada 105° C hingga diperoleh bobot tetap. Kadar abu suatu simplisia ditetapkan dengan meng abukan zat uji dalam tanur listrik (mufflefurnance) hingga bobot tetap.
            Dengan metode evolusi juga dimungkinkan untuk menyerap komponen yang menguap (H2O atau CO2) menggunakan penyerap yang cocok. Berat dari komponen yang mnguap adalah pertambahan berat dari penyerap.
Faktor Gravimetri
            Dalam prosedur gravimetri, hasil pemanasan/pemijaran ditimbang dan dari harga ini berat komponen yang ditetapkan dapat dihitung :
Persentase komponen yang ditetapkan adalah :
           
Untuk memperoleh berat komponen yang ditetapkan dipergunakan faktor gravimetri.

            Faktor gravimetri adalah perbandingan jumlah berat mol komponen yang ditetapkan terhadap berat mol endapan.
Contoh            : Faktor gravimetri untuk Ag dalam endapan AgCl adalah:



Beberapa Contoh Faktor Gravimetri
Bahan yang ditimbang
Komponen yang dicari
(analit)
Faktor Gravimetri
Nilai
AgCl
Ag
0,7527
AgCl
Cl
0,2474
BaSO4
Ba
0,5885
BaSO4
SO4
0,4115
Fe2O3
Fe
0,6994
Fe2O3
FeO
0,8998
Mg2P2O7
MgO
0,3623
Mg2P2O7
P2O5
0,6337

Contoh Soal :
            Suatu campuran NaCl (58,44) dan Na2SO4 akan ditetapkan kadar NaCl nya dengan pengendapan menggunakan AgNO3. Bila dari 0,9532 g campuran diperoleh 0,7033 g endapan AgCl (143,32). Berapa % NaCl terdapat dalam campuran tersebut ?
Jawab :                                                                       
                       
                                               

METODE PENYARINGAN
            Dengan cara ini komponen zat uji disaring dengan pelarut spesifik. Sari yang diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot tetap. Cara ini cocok apabila teknik isolasi sederhana, konsentrasi zat aktif cukup tinggi dan zat aktif yang diperoleh harus murni atau mdah dimurnikan. Contoh penetapan dengan cara ini antara lain penetapan alkaloid atau zat aktif dari sediaan  farmasi preparat galenik, misalnya penetapan kadar Colchicine, Luminal, Natrium.
METODE ELEKTROGRAVIMETRIK
            Metoda ini didasarkan atas pelapisan zat pada sebuah elektroda melalui proses elektrolisa. Berat lapisan yang merupakan komponen zat uji yang ditetapkan adalah selisih dari penimbangan elektroda (kering) sebelum dan setelah elektrolisa.
            Dari keempat metode tersebut di atas, metode pengendapan merupakan metode yang paling banyak dipakai.
Kriteria untuk Pemilihan Pereaksi Organik
Berbagai hal harus diperhitungkan dalam memilih pereaksi organic untuk pembentukan khelat. Zat tersebut harus selektif, misalnya penggunaan dimetilglioksim atau 1-nitroso-2-naftol untuk pengendapan Ni atau Co, cupferron untuk besi ,asam kuinaldat untuk Cu, asam mandelat untuk Z,atau N-fenil N-benzoilhidroksilamin untuk logam niobium dan antalum. Karena endapan organic tidak terionisasi, endapan tersebut tidak mengandung pengotor kopresipiasi dan endapan ionik  lainnya , seperti Mg oksin ,Mg(OX)2 tidak mengandung kopresesipitasi Na,K seperti pada endapan Mg(NH4)PO4 dan Mg2P2O7.sedikit logam menghasilkan banyak sekali endapan ,seperti  Cu-asam kuinaldat, hanya mengandung 14,94% Cu. Karenaitu endapannya ringan dan besar serta dapat dikerjakan pada tingkat mikrodan semi –mikro. Pereaksi organic dapat dimodifikasi dengan menambahkan rantai atau cincin aromatic.
Cupferron(l) dan neocupferron  (ll) adalah  contohnya. Endapan dapat dilarutkan dalam suasana asam  dan reagen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan titrasi redoks, misalkan logam-logamoksin dilarutkan dalam asam seperti H2SO4 kemudian dilakukan titrasi dengan larutan KBrO3 Beberpa pereaksi membentuk kompleks berwarna yang mudah dilihat denganuji bercak dan juga bermanfaatpada analisis kalorimeter . Karena sifat ikatan kovalen pada komleks logam dengan pereaksi organic sangt kuat ,maka kompleks tersebut mudah  larut dalam pelarut nonpolar. Teknik ini digunakan pada pereaksi pelarut tersebut. Seperti kompleks Fe (lll) cupferron yang larut dalam eter, sehingga dapat dapat dipisahkan dari logam –logam lainnya. Khelat umumnya anhidrat sehingga endapan mudah dikeringkan. Ini dipercepat dengan mencuci endapan dengan alcohol , bukan dengan aseton karena endapan tersebut akan larut di dalamnya. Khelat tersebut dapat dikeringkan pada temperature (105-110) C , karena sifat hidrofobinya. Kecilnya kelarutan dari pereaksi dalam air merupakan hal yang merugikan, oleh karena itu alcohol atau asam asetat (CH3COOH) digunakan sebagai pelarut, tetapi akibatnya kita tidak dapat mengetahui berapa jauh pereaksi harus ditambahkan hingga berlebih. Hal lain adalah sulitnya mendapatkan pereaksi organik yang murni. Isomerasi keto-enol dapat menyebapkan kesalahan dalam analisis kalorimeter  kecuali bila kondisi secara seksama dikendalikan, misalny dengan penambahan dithozone .
Beberapa Endapan Organik yang Penting
Beberapa pereaksi organic yang sering digunakan pada analisis grafimetri, misalnya :
(I)              Dimetilglikosim untuk nikel.pereaksi berlebih harus dihindari untuk menghindarkan pembentukan endapan pereaksi nya sendiri. Sitrat dan tartarat digunakan sebagai pereaksi pelindung
(II)           Cupferron untuk Fe(lll)dan Cu. Hal ini bermanfaat dalam kondisi asam ,larutan dingin dan endapannya dibakar kemudian ditimbang
(III)        Pereaksi 8-hidroksikuinolin(untukMg) adalah ditambahkan pada keadaan (suasana )dingin dan endapannya dicuci dengan air hangat. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam dan dititrasi.
(IV)        Pereaksi salisildioksim (untuk Cu). Asam tartarat digunakan sebagai masking agent. Komleks tersebut larut dalam alcohol tetapi tidak stabil jika lebih dari 73 hari ditimbang sebagai Cu-salisildioksim
(V)           1-nitroso-2-naftol(untuklogam Co) digunakan pada keadaan asam. Kompleks tersebut dibakar dan ditimbang sebagai Co3O4. Pereaksina dibua dalam asam asetat glasial dan air destilasi
(VI)        Asam kuinaldat(untuk Cu). Metode ini  sensitive  dengan menggunakan pereaksi pengompleks. Pada kompleks hanya dikandung 15%Cu.
(VII)     Asam mandelat digunakan (untuk Zr). Endapan dibakar dan oksidanya ditimbang
(VIII)  Asam antranilat digunakan pada beberapa logam (untuk Cu) biasanya sering digunakan garam natrium.

PENENTUAN KALIUM

Kalium (K) dapat ditentukan secara gravimetri dengan cara mengendapkannya menggunakan natrium tetra fenil boron, (NaB(C6H5)4) sebagai pereaksi pengendap.
Endapan yang terbentuk berupa kalium tetra fenil boron, KB(C6H5)4, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton.
K+ + NaB(C6H5)4               KB(C6H5)4 + Na+
Endapan dapat terbentuk dalam suasana yang sangat dingin dan sangat asam.
Tujuan :
-          Penentuan kadar K dalam air laut secara gravimetri dengan pereaksi pengendap natrium tetra fenil boron NaB(C6H5)4.
Cara Kerja :
  • Pipet 25,00 mL sampel air laut kedalam labu erlenmeyer 100 mL.
  • Tambahkan 3,0 mL HCl pekat
  • Ditaruh didalam ice-water bath selama 10 menit.
  • Sekitar 10 mL larutan NaB(C6H5)4 1% dingin ditambahkan kedalam larutan diatas.
  • Kocok sehingga merata sambil menutup erlenmeyer.
  • Taruh kembali dalam ice-water bath beberapa menit.
  • Endapan yang terbentuk disaring dengan sintered-glass crucible porosity no.4 (yang telah ditimbang). Sisa endapan dan larutan yang ada pada erlenmeyer dicuci beberapa kali dengan air dingin dan dituangkan melalui crucible.
  • Crucible yang berisi endapan dikeringkan dalam oven dengan suhu 1200C sampai mencapai berat konstan.
  • Endapan yang terbentuk dapat dihitung
  • Percobaan ini dilakukan 3 kali
  • Hitung kadar kalium (K) dalam sampel tersebut.
Faktor konversi : 1 gram endapan = 0,1091 gram K.
       
Description: artikel 56
Description: artikel 61
 






PENENTUAN KLORIDA
Prinsip :
-          Ion klorida dalam larutan diendapkan dari larutan asam sebagai perak klorida (AgCl).
-           
Endapan yang terbentuk mula – mula berbentuk koloid tetapi kemudian akan menggumpal membentuk agregat. Endapan yang terbentuk mudah tersebut dicuci dan disaring. Sebagai pencuci digunakan larutan asam nitrat (HNO3) encer. Air tidak dapat digunakan sebagai pencuci.
Perak klorida yang terbentuk disaring melalui sintered-glass crucible, bukan dengan kertas saring karena AgCl mudah direduksi menjadi Ag bebas oleh karbon dalam kertas saring selama pembakaran kertas saring.
Tujuan :
-          Menetapkan kadar klorida dalam suatu sampel dengan cara mengendapkan ion khlorida yang ada dalam sampel menggunakan perak nitrat (AgNO3).
Cara kerja :
  • Dapatkan sampel yang mengandung ion klorida yang larut dan keringkan dalam oven sekitar 1 jam dengan suhu 1100C.
  • Dinginkan dalam desikator
  • Timbang sekitar 0,4 – 0,7 gram sampel tersebut di dalam gelas kimia 400 mL.
  • Tambahkan 150 mL aquades bebas khlorida dan 0,5 mL (10 tetes) asam nitrat (HNO3) pekat.
  • Aduk sampai merata dengan batang pengaduk dan tinggalkan batang pengaduk pada beaker glass.
  • Anggap sampel tersebut adalah NaCl murni dan hitung milimol AgNO3 yang dibutuhkan untuk mengendapkan.
  • Tambahkan larutan AgNO3 tersebut secara perlahan- lahan sambil diaduk dan lebihkan 10% penambahan larutan AgNO3.
  • Panaskan gelas kimia yang berisi larutan, sampai hampir mendidih sambil diaduk terus menerus. Hindarkan beaker dari sinar matahari langsung.
  • Tambahkan satu dua tetes larutan AgNO3 untuk mengetahui apakah semua khlorida dalam sampel telah diendapkan atau belum. Bila dengan penambahan larutan menjadi keruh, tambahkan lagi AgNO3 dan panaskan kembali. Dan perlu diperiksa kembali dengan penambahan satu-dua tetes larutan AgNO3. Dinginkan larutan dan tutup dengan kaca arloji sekitar satu jam.
Penyaringan dan Penimbangan
  • Tempatkan sintered – glass crucible (yang telah ditimbang) pada perlengkapan penghisap.
  • Tuangkan larutan sampel yang telah diendapkan ion kloridanya ke crucible.
  • Cuci endapan dengan larutan HNO3 encer (0,6 mL HNO3 pekat dalam 200 mL), juga sisa yang ada dalam beaker glass beberapa kali.
  • Keringkan endapan didalam oven selama 2 jam dengan suhu 1100C.
  • Dinginkan dalam desikator
  • Timbang endapan yang telah dingin
  • Hitung kadar khlorida dalam sampel menggunakan BA Cl = 35,45 dan Mr AgCl Description: artikel 57

 

Peranan analisis Gravimetrik dalam kimia  analitik modern

Mahasiswa mungkin telah mendengar  bahwa metode instrumen telah menggeser teknik-teknik  gravimetrik  namun bahwa analisis gravimetrik masih sangat penting dalam bidang kimia anlitik karena teknik gravimetrik dapat benar-benar  lebih cepat  dan lebih tepat  daripada suatu metode instrumen yang memerlukan kalibrasi atau standarisasi yang ekstensif.Umumnya  instrumen hanya memberikan pengukuran relatif dan harus dikalibrasi berdasarkan suatu metode gravimetrik atau titrimetrik  yang klasik. Dalam peyediaan standart diperlukan  untuk mengecek penampilan  penampilan suatu metode eksperimen, teknik gravimetrik  memberikan pendekatan yang langsung  dan relattif  sederhana .
Kesalahan (error) dalam metode analisis gravimetri.
Analisis gravimetri merupakan analisis dimana sampel dilarutkan ke dalam akuades. Kemudian analit diubah menjadi bentuk endapan yang dapat dipisahkan dan ditimbang. Endapan terbentuk terutama untuk analit-analit yang dalam bentuk garamnya adalah garam sukar larut. Dengan demikian sebagian besar garam analit tersebut akan mengendap. Namun demikian ada sejumlah sedikit analit yang tidak terendapkan dan masih dalam bentuk ionnya yang terlarut dalam larutan akuades.Bamyaknya ion yang terlarut dalam larutan tergantung dari besarnya konstanta hasil kali kelarutan (Ksp).
Sebagai contoh dalam analisis kadar klor dalam suatu sampel padatan. Klor akan dianalisis dengan metode gravimetri dalam bentuk endapan perak klorida (AgCl). Harga konstanta hasil kali kelarutan perak klorida, Ksp AgCl = 1,8 x 10−10. Maka banyaknya klor yang tidak terendapkan dalam satu liter larutan adalah:
Reaksi pelarutan AgCl adalah
Ag Cl (s) Ag+ (aq) + Cl (aq)
Kelarutan AgCl dihitung adalah
Ksp AgCl = [Ag+] x [Cl], karena dalam larutan [Ag+] = [Cl] maka,
1,8 x 10−10 = [Cl]2
[Cl] = 1,34 x 10−5 mol/L
Cl = 1,34 x 10−5 mol/L x 35,5 g / mol
Cl = 4,8 x 10−4 g/L = 0,48 mg/L
Jadi, dalam satu liter larutan akan ada klor sebanyak 0,48 mg yang tidak terendapkan.
Untuk meminimalkan kesalahan ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan ion perak (Ag+) secara berlebih di dalam larutan. Sesuai dengan hukum ion sejenis maka reaksi keseimbangan akan bergeser ke arah pembentukan endapan.












Daftar Pustaka

J.F.FLAGS- ORGANIC REAGEN used in gravimetry and volumetric analyisis (1994)
Khopkar S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
 Darusman L K. 2001. Diktat Kimia Analitik 1 jilid 1. Bogor: Departemen Kimia FMIPA-IPB.
(Day and Underwood, 2002). Kimia analitik kuantum

 

2 komentar: